Tuesday, November 25, 2008

Membangun Sugesti Positif*


Oleh : Rashid Satari

Merdeka berarti bebas. Merdeka berarti lepas. Merdeka berarti puas karena terlepas dari segala belenggu yang membuat langkah jadi terbatas. Merdeka berarti baru. Merdeka berarti langkah maju. Merdeka berarti pintu gerbang untuk mengawali langkah membangun tanpa ragu.
Setelah 62 tahun kemerdekaan, Indonesia menghadapi penjajah-penjajah baru. Imperialis-imperialis baru. Kolonialis-kolonialis baru. Materialis-materialis baru. Musuh-musuh tersebut jauh lebih canggih lagi. Ia lebih susah dideteksi. Ia menyerang melalui saluran-saluran birokrasi. Ia merusak, merasuk melalui sistem negara. Parahnya lagi, ia tidak hanya datang dari luar saja, tapi juga dari dalam. Ia muncul dari anak negeri sendiri.
Akhirnya, Indonesia terperosok ke dalam jurang yang dalam. Jurang kemiskinan, jurang kebodohan, dan jurang ketertinggalan. Indonesia digerogoti secara gradual oleh virus mematikan bernama korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga Indonesia lumpuh bahkan nampak seperti hampir mati.
Hingga tahun 2006, angka kemiskinan masyarakat Indonesia masih terpuruk. Jumlah penduduk miskin yang hidup di bawah garis kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75%). Pada Februari 2005 berjumlah 35,10 juta (15,97%). Ini menunjukan peningkatan sebesar 3,95 juta jiwa. Adapun Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang kita ketahui melalui kaca mata Pendidikan masih berada di peringkat 122 dari 175. Prestasi Indonesia masih berada di bawah Vietnam.
Lantas apakah yang masih bisa diharapkan dari sebuah negeri yang kata orang adalah negeri makmur dengan limpahan emas peraknya ini. Masihkan ada secercah harapan untuk bisa kembali berbenah sehingga anak negeri Indonesia ini bisa kembali percaya diri suntuk sekedar menyenandungkan sebuah lirik “..orang bilang tanah kita tanah surga.. tongkat kayu dan batu jadi tanaman..”.
Yang kita perlukan adalah sikap percaya diri. Kita memerlukan suatu sikap mental masyarakat yang tahan banting menghadapi krisis seberat apapun. Kita butuh sikap mental seperti ini dalam arti kesiapan mental agar tetap berupaya survive dalam himpitan dunia, untuk kemudian menggenggamnya.
Indonesia masih menyimpan sekian banyak kekayaan. Mulai dari kekayaan alam hayati hingga kekayaan potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Indonesia masih memiliki persediaan amunisi yang cukup untuk bangkit mengejar ketertinggalannya. Bangkit dari himpitan kemiskinan, lilitan kebodohan dan keluar dari jurang ketertinggalan.
Sikap mental sebagai pejuang dan sebagai pemenang yang pernah dimiliki oleh bangsa ini pada dekade perjuangan kemerdekaan, harus terus dipupuk dan ditumbuhsuburkan. Mari bangun sugesti positif bahwa kita adalah sebuah bangsa yang sebenarnya bisa sejajar dengan bangsa-bangsa besar dunia. Karena bukankah kita memiliki darah itu? Tidak cukupkah kebesaran Majapahit, Samudera Pasai dan Padjadjaran misalnya, sebagai bukti?! Sekali lagi, kita sebenarnya bisa. Hanya tinggal kemauan dan daya upaya. Bila selama ini kita seringkali menghadapi karang terjal setiap mencoba untuk bangkit, maka sesungguhnya gagal itu biasa.. terus berusaha, itu baru..ruar biasa!
*) Editorial Bulettin Musafir PII Mesir edisi Agustus 2007

0 komentar:

Post a Comment

Silakan tulis kesan anda di sini. :)