Tuesday, November 25, 2008

“Kampung Melayu” di Kairo


Oleh : Rashid Satari*

Ada kemiripan antara Kairo dengan Jakarta. Keduanya adalah kota metropolitan yang sama-sama menjadi ibu kota dari sebuah negara. Selain hal tadi, masih ada satu kesamaan antara kedua kota ini. Di kedua kota besar ini sama-sama ada "kampung melayu".

Daerah itu berlokasi di Hay el-Asyir, Nasr City, tepatnya di Swessry B district. Bila sekali waktu anda berkesempatan mengunjungi Kairo, maka jangan lewatkan untuk mengunjunginya. Hampir 90 persen warga Indonesia yang berada di Kairo, baik itu dari kalangan pelajar, TKI, TKW atau pegawai KBRI sekalipun, tinggal di kawasan ini. Bahkan tak hanya untuk warga Indonesia, kawasan inipun menjadi tempat tinggal favorit bagi warga negara serumpun lainnya seperti Malaysia, Thailand, Singapore ataupun Filipina.

Kawasan ini terbagi pada dua wilayah yaitu Swessry A dan Swessry B. Swessry A mencakup blok Bawabat I, Bawabat II dan Bawabat III. Sedangkan Swessry B hanya memiliki satu blok saja bernama blok Gamee. Kedua wilayah ini dipisahkan oleh Sûq Sayarât (area pasar mobil bekas) yang melintang diantara blok Bawabat III dan blok Gamee.

Menurut beberapa sumber informasi, latarbelakang kawasan ini menjadi "kampung melayu" adalah karena harga sewa yang ditawarkan untuk setiap flat apartemennya relatif lebih terjangkau dibanding dengan kawasan lain di Kairo. Khusus bagi masyarakat berkewarganegaraan Indonesia, daerah ini menjadi sasaran utama untuk ditinggali sejak krisis ekonomi 1998 melanda Indonesia. Sebelum terjadi krisis, kawasan yang menjadi sasaran utama untuk ditinggali di sini adalah kawasan Rab'ah el-Adaweya lalu bergeser ke kawasan Hay el-Sabi', kemudian bergeser lagi ke Hay el-Asyir. Pada perkembangan selanjutnya daerah ini menjadi begitu favorit karena di sini pulalah berkumpulnya sekretariat-sekretariat perkumpulan pelajar dan mahasiswa Indonesia. Dengan kata lain, daerah ini menjadi pusat kegiatan dan dinamika masyarakat Indonesia di Kairo.

Tidak berlebihan bila kawasan ini dijuluki "kampung melayu"nya Kairo. Bila kita memasuki blok Gamee saja misalnya, jangan heran ketika hampir setiap radius 3 sampai 4 meter kita jumpai orang Indonesia, dari manapun asal sukunya. Mulai dari mereka yang hilir mudik menjadi aktivis organisasi, pegawai rumah makan, server internet cafe, dagang tempe, hingga yang sekedar jalan-jalan sore.

Selain itu, kehadiran beberapa rumah makan Indonesia di kawasan ini turut menjadi indikator layaknya kawasan ini digelari "kampung melayu". Sampai tulisan ini dibuat, ada tiga rumah makan (RM) atau kedai makan Indonesia di Swessry A, diantaranya adalah RM Azhar, RM Lâ Tansâ dan Cristal Net (Warnet yang merangkap juga sebagai RM). Juga satu rumah makan Malaysia bernama RM Sri Kelantan II. Adapun di Swessry B terdapat empat rumah makan Indonesia, diantaranya adalah RM Sarinah yang berlokasi tepat di samping Suq Sayarat, RM Sabang, RM Bismillah, dan RM Kita.

Menu yang disajikannya pun adalah menu ala Indonesia yang cukup beragam. Mulai dari mie bakso, soto, urab, tumis, mpek-mpek Palembang, rendang, dan lain sebagainya. Tentu saja dijual dengan harga yang sangat bersahabat karena rata-rata konsumennya adalah kalangan mahasiswa yang kondisi dompetnya sudah gampang ditebak. Misalnya saja di RM Sarinah, sepiring nasi rames dengan sepotong paha ayam dan sayur bisa dinikmati hanya dengan Le. 4,00 (kurang lebih Rp 7.000). Hebatnya lagi, kehadiran RM Indonesia seperti ini ternyata cukup diterima juga oleh masyarakat non-Indonesia, baik itu warga tempatan maupun warga asing dari negara lainnya seperti Somalia, Malaysia, Pakistan bahkan Amerika sekalipun.

Selain beberapa rumah makan, di kawasan ini pun banyak terdapat sekretariat perkumpulan pelajar dan mahasiswa. Menurut database teraktual, sekretariat organisasi yang bertempat di Swessry A antara lain sekretariat PCI-NU (Nahdlatul Ulama), PCI-Muhammadiyyah, PWI PII (Pelajar Islam Indonesia), PIP PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan beberapa organisasi kedaerahan seperti Gamajatim (Jawa Timur), KMB (Banten), KMNTB (Nusa Tenggara Barat), HMM (Medan), KPTS (Tapanuli Selatan), KPJ (Jakarta) KMM (Minangkabau) dan KMA (aceh). Sedangkan yang berlokasi di Swessry B diantaranya adalah Pwk. Persis (Persatuan Islam), Pwk. Al-Washliyyah, kekeluargaan KPMJB (Jawa Barat), dan KMKM (Kalimantan).

Bila sore tiba, cobalah untuk berjalan-jalan ke Sûq Sayarât. Hampir setiap sore hari selain Jumat dan Minggu, tempat ini menjadi arena olah raga bagi masyarakat rumpun Melayu, Indonesia salah satunya. Bagi mereka yang senang dengan sepak bola, Footsal adalah olahraga yang kerapkali diadakan di area beraspal ini. Karena lahannya yang luas, Sûq Sayarât sanggup menampung empat hingga lima pertandingan Footsal sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Tak jarang mahasiswa Indonesia mengadakan tanding persahabatan dengan mahasiswa dari negara serumpun lainnya. Sedangkan bagi mereka yang telah berkeluarga, Sûq Sayarât menjadi area refreshing sambil melepaskan si kecil berlari-lari ke sana kemari.

*)Mahasiswa S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo.

0 komentar:

Post a Comment

Silakan tulis kesan anda di sini. :)