Thursday, November 27, 2008

Kanibalisme Fundamentalis dalam Perspektif*

Oleh : Rashid Satari**

Kanibalisme (kekerasan kemanusiaan) hampir saja mengalahkan menu sarapan pagi kita. Kanibalisme adalah satu potret hidup manusia yang unlimited atau madal hayah. Darah Ahlul Bait di Karbala Nainawa, puluhan ribu korban Richard the Lion di semenanjung Yarusalem Palestina, prahara Timur Lenk, korban-korban nyawa di Poso dan Legian Kuta Bali, hingga kisah Ryan sang penjagal di pertengahan 2008, cukup menjadi bukti tentang kanibalisme yang terus terjadi hingga hari ini.

Hal lain, Hamid Fahmi Zarkasyi dalam sebuah kolom pernah bercerita. Di pinggir jalan Manchester ada sebuah papan reklame besar bertuliskan "It's Like Religion". Kalimat ini rupanya menjadi iklan sebuah klub bola terkaya sejagad, Manchaster United (MU). Reklame dengan gambar seorang pemain bola berlatarbelakang ribuan supporter fanatiknya. Secara implisit reklame ini mengatakan bahwa MU is like religion.

Religion (agama) dalam terminologi barat mengalami reduksiasi. Sebagaimana absurdnya makna "Tuhan" dalam paradigma mereka. Yesus diklaim suci meski ia tidak pernah mendeklarasikan kesuciannya apalagi pendeklarasian sebagai Tuhan. Professor al-Attas menjelaskan bahwa konsepsi non-muslim barat tentang Tuhan sudah bermasalah sejak awal sehingga terus direkayasa agar bisa diterima akal manusia.

Kerancuan konsep Religion dan God hanya satu sampel tentang kerancuan persepsi barat dalam kajian transedental. Kerancuan ini memberikan efek yang elementer terhadap konsepsi lain yang muncul kemudian. Salah satunya adalah terma "fundamentalism".

Beberapa kasus kekerasan yang terjadi beberapa waktu terakhir ini banyak sekali dikaitkan dengan fundamentalisme terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai agama.

Kalau kita telusuri maka kita tak akan menemukan akar istilah fundamentalisme dalam khazanah dunia Islam, akan tetapi ini akan kita temui dalam terminologi Kristen. Dalam buku Al-Islâm Al-Siyasî (1987), M. Said al-Asymawi berpandangan bahwa fundamentalisme muncul sebagai resistensi atas modernisasi yang terjadi dalam ajaran Kristen. Purifikasi yang diupayakan beberapa kalangan kemudian digolongkan sebagai sikap fundamentalis. Sikap yang menghendaki konsistensi terhadap nilai-nilai transeden lama secara literal.

Agung Primamorista dalam makalahnya “Meluruskan Kerancuan Istilah Fundamentalisme Islam” menambahkan bahwa Fundamentalisme lahir pertama kali dari gerakan Kristen Protestan Amerika yang berlabuh di abad 19 M. Gerakan fundamentalisme Kristen ini akhirnya terlembagakan pada abad ke - 20. Lebih jauh, Agung memaparkan bahwa gerakan Kristen ini adalah bagian dari gerakan Gerakan Milenium. Sebuah gerakan yang memahami teks Injil secara literal dan meyakini kembalinya Al Masih secara fisik ke muka bumi.

Perkembangan terma ini akhirnya menyeret “fundamentalisme” pada semua kelompok gerakan yang berkarakter cenderung ekstrim, tegas dan keras dalam menginterpretasikan ideologinya. Kalangan muslim yang memiliki karakter berfikir dan bertindak seperti itupun terkena stigma ini. Maka, muncullah istilah baru, fundamentalime Islam. Namun, tetap harus digarisbawahi bahwa Islam tidak mengamini “fundamentalisme” sebagai produk khazanah pemikirannya. Maka tak heran ketika Abid Al Jabiri berpendapat Fundamentalisme sebagai padanan kata bagi gerakan Salafiyyah Jamaluddin Al Afghani. Istilah ini dicetuskan karena bahasa Eropa tidak memiliki perbendaharaan kata yang cukup untuk padanan “Salafiyyah”.

Dari dua paragraf terakhir kita bisa menyimpulkan bahwa penyematan fundamentalisme terhadap Islam tidaklah relevan. Bahkan secara historis, fundamentalisme dan Islam adalah dua hal yang berbeda secara diametral.

Sayang, media dunia seakan memperoleh kesempatan strategis pasca kekerasan-kekerasan beberapa tahun terakhir. Pengeboman di Legian Kuta Bali, tragedi 11 September atas World Trade Center (WTC), pengeboman Madrid dan lain sebagainya menjadi rekaman manis upaya stigmatisasi negatif. Apalagi ternyata eksekutor bebarapa peristiwa terbukti dari kalangan muslim. Maka, fundamentalisme Islam seakan muncul tanpa dipaksakan. Lebih parah lagi, wacana dunia kemudian mengalami penyempitan paradigma. Muslim dunia terkejut karena tiba-tiba “fundamentalisme” hanya ditohokkan pada umat Islam. Bahkan, istilah ini menjadi sangat defenitif dengan aksi-aksi terorisme. Akibatnya, dengan mudah aktifitas-aktifitas kaum muslimin dicurigai dan diintimidasi meski sekedar aktifitas-aktifitas kepesantrenan. Efek mikronya, jadilah “sarang teroris” seperti yang diucapkan Lee Kuan Yew, menjadi gelar baru bagi Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim.

Tentang kekerasan dan terorisme, seharusnya kedua hal ini dipahami secara objektif sembari mempertimbangkan aspek sosio - politik hitoris yang melatarbelakanginya. Pembunuhan Anwar Sadat misalnya. September 1981 pemerintahan Anwar Sadat menetapkan undang-undang subversi ‘al-fitnah atthaifiyyah’. Aktivis Ikhwan Muslimin yang dianggap oposan dipenjara. Gerakan Jamaat Jihad kemudian terbentuk di dalam penjara. 6 Oktober 1981, kelompok yang berpegangan pada buku radikal “Al-Faridzah Al-Ghaibah” karya Muhammad Abdussalam itu, membunuh Presiden Anwar Sadat. Beberapa sampel kasus lain menunjukan bahwa tidak kekerasan, terorisme hingga yang terkategori kanibalisme muncul dari kondisi tertekan. Lebih lanjut, tindakan-tindakan ini samasekali tidak bisa diidentikan secara buta dengan fundamentalisme.

Apalagi bila kita pinjam definisi Frans Magnis Suseno tentang Fundamentalisme sebagai sebuah pandangan teologis atau penghayatan keagamaan di mana seseorang mendasarkan seluruh pandangan-pandangan dunianya, nilai-nilai hidupnya, pada ajaran eksplisit agamanya. Maka, terorisme – kanibalisme bukanlah efek dari fundamentalisme. Seorang fundamentalis sejatinya memahami bahwa agama mengajarkan nilai-nilai kedamaian dan kemanusiaan. Bahwa agama tidak mengamini kekerasan, aksi terror, tindak kanibalisme.
*) Dimuat dalam buletin Al-Furqan milik Pwk. Persis Mesir edisi Agustus 2008
**) Ketua Umum Pwk. Persis Mesir 2008 - 2009

0 komentar:

Post a Comment

Silakan tulis kesan anda di sini. :)