Thursday, January 10, 2013

[Mulang ka Garut 3] Kakek Sembunyi dari Pencuri

Sudah 14 tahun yang lalu kakek meninggalkan kami. Namun, ternyata sekian lama saya bercengkrama dengannya, masih banyak hal yang belum saya ketahui tentangnya. 

Kemarin, senin 28 Juni 2010, saya bersama paman, bibi, ibu, nenek dan sepupu, melakukan perjalanan menuju Tasikmalaya. Sepanjang perjalanan kami saling menceritakan tentang kakek. Saat giliran nenek bercerita, ia menyebutkan tiga hal yang sangat terkenang di hatinya. 

Kenangan pertama, saat perjalanan Ciamis - Garut. Ketika itu kakek bersama salah satu anaknya yang berarti paman saya. Mereka pulang dari Ciamis menuju Garut. Saat di terminal bis Ciamis mereka sempat mampir di sebuah kedai untuk memenuhi rasa lapar. 

Sesampai di Garut, kakek teringat pada satu buah pisang raja yang dimakannya namun lupa dihitung saat membayar. Satu malam kakek tidak bisa tidur, hingga keesokanharinya ia memaksa paman untuk mengantarkannya kembali ke terminal bis Ciamis guna membayar sebuah pisang yang telah dimakannya.

Padahal bila menuruti hawa nafsu bisa saja kakek tidak kembali ke sana hanya untuk membayar sebuah pisang yang harganya tidak seberapa. Apalagi ongkos bis Garut-Ciamis saja sudah jauh lebih mahal dari sebuah pisang.

Dalam cerita nenek yang lain dikisahkan bahwa suatu hari kakek memeriksa kebun seorang diri. Sesampainya di kebun tiba-tiba kakek bersembunyi di balik pepohonan dan semak. Rupanya kakek melihat seseorang sedang mencuri batang pohon bambu miliknya. 

Ketika itu kakek pulang kembali ke rumah dan menceritakan hal itu pada nenek. Tentu saja nenek heran dan bertanya mengapa kakek malah sembunyi saat melihat seseorang mencuri di kebunnya. Mestinya 'kan pencuri yang sembunyi dari pemilik kebun. 

Kakek hanya menjawab, "Kasihan orang itu, bila ketahuan oleh kakek tentu dia akan merasa sangat malu."

Itu baru dua cerita unik tentang kakek. Masih ada satu lagi. Suatu hari kakek kedatangan seorang tetangganya yang bermaksud meminjam uang. Sayangnya, saat itu kakek sedang tidak memiliki uang sama sekali. Begitupun nenek, tak menyimpan lagi uang simpanan. 

Nenek sempat bingung sekaligus kesal saat kakek menyuruhnya untuk meminjam pada tetangga yang lain demi membantu dia yang datang untuk meminjam uang. Namun, akhirnya nenek menuruti juga hingga si peminjam pun bisa bernafas lega karena keperluannya terpenuhi sudah. 

Kakek kami memang telah tiada hampir 14 tahun yang lalu. Namun, saya masih banyak belajar 
darinya hingga hari ini. Pelajaran tentang kehalusan hati, amanah dan kejujuran serta kasih 
sayang pada sesama.[] 


Emah & Aki Haji

30 Juni 2010,
Rashid Satari

~Mengenang kakek kami, H. Ahmad Basyar~

Comments
3 Comments

3 komentar:

Silakan tulis kesan anda di sini. :)