Monday, June 10, 2013

Anak Bawang




Adalah saat di mana engkau diizinkan ikut bermain. Tapi, semua aturan main tak berlaku untukmu. Beruntung engkau tak pernah menjadi kalah. Namun, engkau pun tak pernah menjadi menang. Karena, engkau anak bawang.

Engkau pasti tahu betapa mengesalkannya berada dalam keadaan seperti itu. Berada di tengah pusaran, tanpa pernah merasakan sensasi putarannya. Berada di atas gelombang tanpa pernah merasakan lonjakannya. Hampa saja.

"Hey anak bawang, engkau ikutlah berlari jika dikejar!"

"Hey anak bawang, engkau ikutlah sembunyi jika dicari!"


Ya, engkau bisa berlari sekencang mungkin. Atau sembunyi seaman mungkin. Tapi, semua itu tak berarti. Engkau tak ubahnya antara ada dan tiada. Tak ada bedanya.

Anak bawang. Saat dunia tertawa, tak pernah tahu tertawa untuk apa. Yang engkau tahu, permainan sedang berlangsung. Dan, engkau tak benar-benar berada di sana meski bergabung.

Anak bawang tersemat padamu hanya karena tubuhmu lebih kecil dari yang lain. Atau, hanya karena usiamu lebih muda dibanding yang lain. Atau, hanya karena engkau tak terampil seterampil yang lain.

Mungkin larimu tak sekencang yang lain. Atau tubuhmu tak setinggi yang lain. Semua yang mendefenisikan dirimu lebih lemah, itu alasan engkau dinamai anak bawang. Ah, entah siapa yang menciptakan istilah itu.

Tapi hey anak bawang, ada satu hal yang engkau rasakan yang tak mereka rasakan. Engkau belajar bagaimana menjadi besar. Engkau temukan motivasi seperti lecutan. 

Menjadi anak bawang mungkin membuatmu marah atau minimal cemburu. Tapi percayalah, engkau akan berlari cepat saat yang lain mulai melambat. Dan saat yang lain melemah, engkau malah makin kuat.

Hanya tentang waktu. Tak lama dari itu, engkau akan jadi manusia baru.



Bandung, 10 Juni 2013 | Rashid Satari


- Gambar adalah Raspathi, ponakan saya. Saat melihat kakaknya yang sedang bermain dengan teman-temannya. Gambar diambil oleh mamanya, yaitu adik saya.


Comments
2 Comments

2 komentar:

Silakan tulis kesan anda di sini. :)